Monumen perjuangan 45 sebagai saksi bisu Sejarah Kemerdekaan Indonesia

saksi bisu kemerdekaan indonesia

Saat menguak kembali sejarah dimana pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarkan agresi militer untuk yang kedua kalinya. Ibukota Republik Indonesia di Yogyakarta direbut Belanda. Soekarno - Hatta beserta beberapa pemimpin Indonesia lainnya ditawan. Jenderal Soedirman beserta seluruh angkatan perang masuk hutan untuk menjalankan perang gerilya melawan Belanda.

Pasukan Siliwangi yang hijrah ke Yogyakarta segera melakukan Long March, kembali menuju Jawa Barat pada tanggal 20 Desember 1948. Pada umumnya mereka menuju daerah dimana mereka berjuang sebelum hijrah. Batalion Engkon Darsono menuju darah Gerilya Jakarta, Bogor, Bekasi, Cianjur ; Batalion Lucas menuju Gerilya Karawang Purwakarta, batalion Suparjo menduduki daerah Gerilya Ciasem, dengan kembalinya divisi siliwangi ke Jawa Barat maka serangan-serangan kepada kedudukan Belanda semakin meningkat.

Hari Kamis, tanggal 4 Februari 1949 sebanyak 1500 prajurit Republik Indonesia dari Batalion 3001 Prabu Kian Santang Brigade XIII - divisi Siliwangi sekembalinya dari Yogyakarta menuju Bandung, dibawah pipinan Mayor Engkon Darsono, pasukan ini singgah di Desa Rancamanggung untuk beristirahat, namun pasukannya tidak tertampung semua maka disebar ke daerah lain termasuk ke kampung Ciseupan Desa Cibuluh, tepatnya di kampung Pasir Sereh.

Demi kelancaran dan keamanan, Mayor Engkon Darsono selaku pimpinan Bataliaon mengirim surat kepada kepala Desa Cibuluhdan surat yang kedua ditujukan kepada pimpinan Markas Besar tentara Belanda yang berada di Cidongkol, namun dikarenakan jauh maka surat disampaikan kepada Markas Belanda terdekat yang ada dikampung Cikaramas dan Gardusayang. Surat tersebut berisi permohonan menginap dan permohonan bantuan keamanan perjalanan menuju kota Bandung. pihak Belanda mengijinkan tentara RI menginap dengan syarat semua persenjataan harus diikat.

Pada hari Jum'at tanggal 5 Februari 1949 sekitar pukul 04.00 dinihari, pasukan Belanda dari arah kampung Bolang mendatangi kampung Ciseupan 1 (saat itu Ciseupan termasuk kecamatan Cisalak yang sekarang menjadi wilayah kecamatan Tanjungsiang), dan dengan paksa tentara Belanda mengumpulkan pemuda dan masyarakat Ciseupan 1 untuk menunjukkan keberadaan pasukan RI di Ciseupan 2 (Pasir Sereh).

Sesampainya di Pasir Sereh tentara Belanda melakukan penyergapan secara tiba-tiba dari empat penjuru dan berhasil merampas senjata milik tentara RI. Karena jumlah pasukan tidak seimbang maka tentara RI mundur ke daerah Rancamanggung tempat pasukan Mayor Engkon Darsono beristirahat. Seluruh pasukan yang berada si Rancamanggung dibawah pimpinan Mayor Engkon Darsono tepat pukul 08.00 pagi diarahkan ke Ciseupan 1 untuk menghadang pasukan Belanda dalam melakukan pertempuran besar-besaran. Dengan semangat yang menyala-nyala pasukan Engkon Darsono melakukan perlawanan dengan gigihnya.

Karena kemampuan dan keberanian pasukan tersebut, akhirnya serangan Belanda dapat dipatahkan. Dalam pertempuran tersebut tercatat 
  • 1 orang tentara Belanda berpangkat Mayor tewas
  • 5 orang tentara Belanda berpangkat Letnan tewas
  • 35 orang prajurit Belanda tewas
  • 3 pucuk Bren Gun berikut 23 Magazen/Peluru, 2 pucuk Mortir berikut 16 butir peluru serta 48 pucuk senjata LE/Sten Gun berhasil dirampas oleh RI
Dari pihak tentara Republik Indonesia dan sipil diketahui :
  • 5 prajurit gugur
  • 3 orang luka-luka
  • 2 orang penduduk sipil meninggal
  • 2 orang penduduk sipil luka tembak
  • material 2 ekor kerbau tertembak mati.
Dipiihak tentara RI setelah selesai pertempuran karena mungkin dirasa tidak aman, maka rute perjalanan dibalikkan lagi menuju Rancamanggung, Ciburuan Jingkang Sumedang dan Subang.

untuk mengenang peristiwa tersebut, maka didirikanlah sebuah tugu/monumen PERJUANGAN 45 yang berada didaerah Ciseupan.

Di area monumen tersebut dibuat juga dua buah patung replika Mayor Engkon Darsono dan Mursyid. Tapi sayangnya dua buah replika patung tersebut hancur dan akhirnya direnovasi dalam bentuk lain yakni, patung Mayor Engkon Darsono selaku pimpinan pasukan dan replika patung Harimau yang melambangkan pasukan Batalion 3001 Kian Santang (Siliwangi).

sibyan Hallo... Terimakasih telah mampir, mari masuk... Saya kepengen jadi penulis, jadi saya kelola blog sederhana ini untuk latihan menulisnya. Jangan lupa tinggalkan jejak dikomentar ya, untuk memperbanyak tali persaudaraan. Have a nice day :)

0 Response to "Monumen perjuangan 45 sebagai saksi bisu Sejarah Kemerdekaan Indonesia"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel