PENGALAMAN WISATA KE CURUG PAOK YANG MEMANJAKAN MATA
Wednesday, 6 January 2016
2 Comments
Akhir tahun adalah awal dari liburan panjang saya. Kurang lebih selama sebulan perkuliahan diliburkan karena masa perkuliahan semester genap telah berakhir bertepatan dengan tahun baru 2016. Suara kemeriahan menyambut tahun baru terdengar riang dari Sabang sampai Merauke. Saya pun tidak mau ketinggalan dengan momen tahun baru yang tentunya hanya datang satu tahun sekali.
Bertepatan tanggal 3 januari 2016 saya memutuskan untuk bertemu dengan kawan-kawan semasa SMA dulu untuk mengobati rindu, yaa sekedar bernostalgia karena kurang lebih 2 tahun lamanya kita tak pernah bejumpa. Sebelumnya kita hanya bertukar informasi lewat media sosial itupun jarang-jarang karena kesibukan masing-masing juga menjadi faktor penghambatnya. Dan pada hari itu saya dipertemukan disalah satu rumah teman saya, walaupun hanya beberapa orang yang datang tetapi saya bersyukur bisa berkumpul lagi dengan kawan lama. Sebagian besar kawan saya sudah bekerja mungkin hanya saya saja yang melanjutkan kuliah. kami saling bertukar cerita tentang pengalaman-pengalaman yang sudah didapat dari mulai cerita terpahit sampai cerita termanis kami ceritakan. Tak tersasa hampir setengah hari kami saling bercerita, dan akhirnya teman saya mengusulkan untuk pergi ke suatu tempat untuk menikmati momen kebersamaan yang sangat jarang ini. kami sempat berdebat masalah tempat yang akan kami kunjungi, setelah sekian lama akhirnya sepakatlah tempat yang akan kami kunjungi yaitu Curug Paok yang beralamatkan di Kampung Panyeredan Desa Cimanggu Kecamatan Cisalak Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Karena waktu sudah semakin sore kami memutuskan untuk berangkat besoknya. Setelah semua sepakat saya pamit pulang duluan karena takut kemalaman, sebenarnya bukan apa-apa biasanya sore suka turun hujan dan kebetulan saya tidak membawa jas hujan.
Besoknya sekitar jam 8 pagi kami start dari desa Cimanggu menuju curuk Paok, sambil membawa barang-barang yang sudah kami siapkan sebelumnya seperti seperangkat alat tradisional untuk membuat nasi liwet yang akan kami gunakan disana. Perjalanan panjang sekitar 4 kilo meter kami tempuh dengan berjalan kaki ditambah medannya yang sangat curam dan licin karena terguyur hujan semalam. Sawah, gunung, lembah kami lalui bersama dengan rasa senang. Baru setengah perjalanan kami dikagetkan dengan hujan yang sangat deras sekali, untung saja kami menemukan sebuah gubuk sederhana yang berada di sawah, akhirnya kami berteduh untuk menunggu hujan reda. Kurang lebih setengah jam kami menunggu tetapi hujan tak kunjung reda, akhirnya kami memutusakn untuk tidak masak nasi liwet di sekitar curug melainkan di gubuk tersebut sambil menunggu hujan reda. Persiapan untuk masak pun segera dimulai dari mulai mencuci beras, menyalakan api, masak lauk pauk, sampai akhirnya nasi liwet siap untuk dimakan tapi hujan belum kunjung reda. Segera kami memakan nasi liwet yang sudah matang mumpung masih hangat, karena nasi liwet enak disantap saat masih hangat. Ditemani dengan ikan asin panggang dan disiram dengan Jengkol balado tak lupa sambal dan kerupuk sebagai pelengkapnya, menambah rasa gurih dan nikmat saat disantap. Setelah nasi liwet habis kami sempat berbaring di gubuk itu karena kekenyangan, jangankan melanjutkan ke Curug berdiripun kami sempat tak bisa apalagi hujan masih belum sepenuhnya reda. Kira-kira setangah jam kami berbaring, hujan juga lumayan reda kami segera melanjutkan perjalanan menuju curug paok. Ternyata medan yang kami hadapi sekarang dua kali lebih sulit dari yang pertama kami berangkat. Kami harus melewati bebatuan yang tajam, tebing yang licin, dan beberapa sawah yang pematangnya masih lembek.
Tetapi semua itu terbayar sudah dengan keindahan curug paok yang sungguh menyejukan hati bagi siapapun yang melihatnya. Saya pun tak mau menunggu lama untuk segera merasakan air yang sangat sejuk ini. setelah membuka pakaian saya langsung terjun kedalam air yang lumayan dangkal sekitar pusar orang dewasa. Tak lama kawan saya pun segera mengikuti untuk merasakan dinginnya air curug paok. Kami berdiri tepat dibawah jatuhnya air dari ketinggian 12 meter, serasa dipijat oleh tukang pijat professional, dan airnya yang sangat dingin sampai menusuk ke tulang yang paling dalam. Rasa lelah, lemas perjalanan 12 kilo meter dan semua urusan dunia yang rumit pada hari itu tiba-tiba hilang terobati oleh sejuknya air curug paok. Kami berendam selama setengah jam di curug itu, bukan karena kami tidak betah melainkan airnya yang sangat amat dingin membuat kami tak kuat berlama-lama berendam disana. Tak mau kehilangan momen yang sangat seru ini kami sempat berfoto bersama agar kebahagiaan ini tak pernah terlupakan untuk selamanya.
Setelah mandi dan makan nasi liwet kami langsung siap-siap untuk pulang. Jalan satu-satunya buat pulang adalah jalan yang tadi kami tempuh saat berangkat, lagi-lagi medan yang sangat curam dan licin nan jauh harus kami lalui bersama demi sampainya ke rumah, huuh rasanya ingin menyerah saja.. tetapi sesulit apapun perjalanan jika dilewati bersama rasanya akan sangat menyenangkan. Setelah satu jam menempuh perjalanan, akhirnya kamipun sampai ke rumah teman kami untuk mengambil beberapa barang yang dititipkan sebelum pemberangkatan dan langsung pulang ke rumah masing-masing untuk beristirahat.
Perjalanan jauh yang di isi dengan kebersamaan pasti akan terasa singkat dan menyenangkan. Pepatah mengatakan nikmatilah kebersamaan anda, jagalah kebersamaan anda. semuanya akan terasa baik jika anda memupuk rasa kebersamaan.
Ajakin donnnggg😁😁
ReplyDeleteayooo berangkat
ReplyDelete